BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini dalam proses pembelajaran di kelas, guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan kepada siswa. Siswa selalu menerima suapan itu tanpa komentar, tanpa aktif berpikir, siswa mendengar tanpa kritik apakah pengetahuan yang diterimanya dalam pembelajaran tersebut benar atau tidak. Dalam interaksi belajar mengajar ini guru berperan sangat penting, gurulah yang aktif sedangkan siswa bersifat pasif sehingga semua kegiatan berfokus pada guru.
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Menurut Mulyasa (2003; 101) Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh siswa sekurang-kurangnya 75 % terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Sedangkan dari segi hasil, kualitas pembelajaran dikatakan baik apabila terjadi perubahan perilaku yang positif dari siswa antara lain; kemampuan menggali dan mengolah informasi, mengambil keputusan, menghubungkan variabel.
Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa. Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks (Nurhadi, 2004; 43). Sehingga diharapkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tidak merasa terbebani melainkan merasa senang sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, kreatif, efektif, menyenangkan serta diharapkan sebagai pembelajaran yang inovatif bagi siswa.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran inkuiri?
2. Apa komponen-komponen pembelajaran inkuiri?
3. Bagaimana pembelajaran inkuiri itu?
4. Apa manfaat pembelajaran inkuiri?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui pengertian pembelajaran inkuiri.
2. Mengetahui komponen-komponen pembelajaran inkuiri.
3. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran inkuiri.
4. Mengetahui manfaat pembelajaraan inkuiri.
BAB II
PENGERTIAN PEMBELAJARAN INKUIRI
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991). Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993). Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif.
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry” yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003).
David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).
Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. Kuslan Stone (Dahar, 1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya (Depdikbud, 1997; NRC, 2000).
BAB III
KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN INKUIRI
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inkuiri sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
Question: Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai dengan Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
Student Engangement: Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Cooperative Interaction: Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
Performance Evaluation: Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
Variety of Resources: Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
Pendekatan inkuiri didukung oleh empat karakteristik utama siswa, yaitu
- Secara instintif siswa selalu ingin tahu;
- Dalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya;
- Dalam membangun (konstruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu;
- Siswa selalu mengekspresikan seni.
BAB IV
PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI
Siklus inkuiri atau “inquiry cycle” tidak hanya berguna bagi siswa saat proses pembelajaran tapi juga bagi guru. Sebagai contoh, sebelum memulai suatu aktivitas mengajar, guru dapat berpikir berdasarkan urutan-urutan yang ada:
1. Mengidentifikasi masalah; Apa yang saya kehendaki? Tujuan apa yang ingin siswa capai? Kendala apa yang kiranya akan saya hadapi? Bagaimana cara agar masing-masing anak dengan tingkat intelijen yang berbeda dapat mencapai tujuan yang sama?
2. Membuat pertanyaan; Pertanyaan-pertanyaan apa yang dapat memancing keinginantahuan siswa?
3. Menetapkan sasaran; Bagaimana cara menetapkan sasaran? Kendala apa saja yang kiranya akan dihadapi dalam menetapakan sasaran?
4. Membuat rancangan kerja; Strategi apa yang cocok untuk diterapkan ke sebagian besar anak? Bagaimana sistem penilaian yang sesuai? Bagaimana cara melibatkan siswa dalam menentukan kriteria penilaian? Berapa lama durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya?
Setelah memikirkan 4 kategori diatas tadi, barulah guru masuk pada tahap berikutnya yaitu:
5. Mengambil tindakkan; Melakukan kegiatan belajar mengajar, mengajak siswa untuk melakukan proses inkuiri berbekal dengan “rancangan” di atas.
Setelah kelima tahap dalam siklus inkuiri selesai, biasanya guru mengajak siswa untuk mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran mereka. Dengan begitu siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan diri mereka masing-masing.
6. Menganalisa dan megevaluasi hasil; Apakah hal-hal baik dari kegiatan ini? Adakah hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana saya? Kendala-kendala apa yang terjadi dan tidak terpikirkan sebelumnya oleh saya? Bagaimana cara meningkatkan metode pengajaran agar lebih baik? Apakah materi yang ajarkan sudah memenuhi semua kebutuhan murid? Adakah cari lain dalam menyampaikan materi tsb?
Melalui proses inkuri guru dapat merancang suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Proses ini juga membantu guru untuk mengembangkan suatu materi pembelajaran tanpa menyimpang dari inti materi.
Sasaran pembelajaran yang dapat dicapai dengan penerapan inkuiri (Angelo & Cross, 1993 dalam Straits & Wilke, 2002)
A. Sasaran kognitif
1. Memahami bidang khusus dari materi pelajaran
2. Mengembangkan keterampilan proses sains
3. Mengembangkan kemampuan bertanya, memecahkan masalah dan melakukan percobaan
4. Menerapkan pengetahuan dalam situasi baru yang berbeda.
5. Mengevaluasi dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru
6. Memperkuat keterampilan berpikir kritis
B. Sasaran afektif
1. Mengembangkan minat terhadap pelajaran dan bidang ilmu
2. Memperoleh apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang relevan dengan bidang ilmu tertentu.
3. Meningkatkan intelektual dan integritas
C. Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan.
Sasaran sosial
1. Bekerja secara kolaboratif
2. Mempresentasikan hasil, prosedur dan interpretasi
3. Mendengarkan dan belajar dari kelompoknya.
D. Sasaran interdisiplin
1. Mengasosiasikan pemahaman baru terhadap pemahaman awal
2. Membuat kaitan antara pengetahun baru dengan pengetahuan sehari-hari.
E. Sasaran pemecahan masalah
1. Mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah
2. Menyeleksi tindakan yang sesuai
3. Mengajukan dan mendefinisikan pertanyaan yang khusus (ilmiah)
4. Menulis hipotesis, mendesain percobaan dan mencari informasi pendukung
5. Menganalisis dan menginterpretasi data
6. Membuat spekulasi dan ekstrapolasi atas dasar data, dan bukti empirik
F. Sasaran Penerapan
1. Memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber
2. Mengembangkan kemampuan menyeleksi tindakan/perangkat yang cocok
3. Menggunakan laboratorium atau perangkat komputer
4. Mengorganisasikan informasi
5. Mengikuti instruksi
G. Sasaran Metakognitif
1. Mampu mengarahkan diri untuk memulai proses belajar
2. Mampu merefleksikan diri dengan mereview sasaran, tujuan dan luaran (out-come) pembelajaran yang baru.
3. Mampu mengevaluasi diri dengan menilai pertanyaan dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
BAB V
MANFAAT PEMBELAJARAN INKUIRI
Model pembelajaran inkuiri yang diterapkan oleh siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar atau kemampuan siswa tentang materi yang dipelajarinya. Hal ini sesuai dengan temuan Schuncke (1988) dan Novac (1990) yang menunjukkan beberapa karakteristik keberhasilan penggunaan model inkuiri, yaitu: meningkatkan skor tes akademik, meningkatkan kontak psikoakademis pembelajar, memperkuat keyakinan diri, meningkatkan sikap positif dalam belajar, mengkondisikan siswa menjadi discover dan adventurer pengetahuan, meningkatkan self-concept dan self esteem, meningkatkan daya akomodasi ilmiah, meningkatkan motivasi belajar secara intrinsik, meningkatkan kemampuan dan strategi bernalar secara kritis, serta meningkatkan sikap dan perilaku positif terhadap mata pelajaran dan para guru selama berlangsungnya pembelajaran.
Amien (1987) mengatakan bahwa model inkuiri melibatkan siswa secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu: teliti, tekun/ ulet, objektif/ jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.
BAB VI
KESIMPULAN
Inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan menjadi aktif, kreatif, efektif, menyenangkan serta siswa merasa pemebelajaran ini merupakan pembelajaran yang inovatif. Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa.
DAFTAR REFERENSI
Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiry. Jakarta: Depdikbud.
Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
Roestiyah, N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sund & Trowbridge. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company.
Rujukan Internet: